? ??????????????Sexy? ????? ?????? ???Rating: 4.2 (686 Ratings)??55 Grabs Today. 54978 Total Grabs. ??????
Get the Code?? ?? ?????Dark Horizon? ????? ?????? ???Rating: 4.7 (11 Ratings)??53 Grabs Today. 6484 Total Grabs. ??????Get the Code?? ?? ???????????? ????Easy Install Instructions:???1. Copy the CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS ?

Kamis, 04 Juni 2009

Motivasi Belajar

Oleh: AsianBrain.com Content Team

Motivasi belajar setiap orang, satu dengan yang lainnya, bisa jadi tidak sama. Biasanya, hal itu bergantung dari apa yang diinginkan orang yang bersangkutan. Misalnya, seorang anak mau belajar dan mengejar rangking pertama karena diiming-imingi akan dibelikan sepeda oleh orangtuanya.

Contoh lainnya, seorang mahasiswa mempunyai motivasi belajar yang tinggi agar lulus dengan predikat cum laude. Setelah itu, dia bertujuan untuk mendapatkan pekerjaan yang hebat dengan tujuan membahagiakan orangtuanya.

Apa saja, sih, faktor-faktor yang membedakan motivasi belajar seseorang dengan yang lainnya?
Beberapa faktor di bawah ini sedikit banyak memberikan penjelasan mengapa terjadi perbedaaan motivasi belajar pada diri masing-masing orang, di antaranya:

* Perbedaan fisiologis (physiological needs), seperti rasa lapar, haus, dan hasrat seksual
* Perbedaan rasa aman (safety needs), baik secara mental, fisik, dan intelektual
* Perbedaan kasih sayang atau afeksi (love needs) yang diterimanya
* Perbedaan harga diri (self esteem needs). Contohnya prestise memiliki mobil atau rumah mewah, jabatan, dan lain-lain.
* Perbedaan aktualisasi diri (self actualization), tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata.


Stimulus motivasi belajar
Terdapat 2 faktor yang membuat seseorang dapat termotivasi untuk belajar, yaitu:

* Pertama, motivasi belajar berasal dari faktor internal. Motivasi ini terbentuk karena kesadaran diri atas pemahaman betapa pentingnya belajar untuk mengembangkan dirinya dan bekal untuk menjalani kehidupan.
* Kedua, motivasi belajar dari faktor eksternal, yaitu dapat berupa rangsangan dari orang lain, atau lingkungan sekitarnya yang dapat memengaruhi psikologis orang yang bersangkutan.


Tips-tips meningkatkan motivasi belajar
Motivasi belajar tidak akan terbentuk apabila orang tersebut tidak mempunyai keinginan, cita-cita, atau menyadari manfaat belajar bagi dirinya. Oleh karena itu, dibutuhkan pengkondisian tertentu, agar diri kita atau siapa pun juga yang menginginkan semangat untuk belajar dapat termotivasi.

Yuk, ikuti tips-tips berikut untuk meningkatkan motivasi belajar kita:

* Bergaullah dengan orang-orang yang senang belajar
Bergaul dengan orang-orang yang senang belajar dan berprestasi, akan membuat kita pun gemar belajar. Selain itu, coba cari orang atau komunitas yang mempunyai kebiasaan baik dalam belajar.

Bertanyalah tentang pengalaman di berbagai tempat kepada orang-orang yang pernah atau sedang melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi, orang-orang yang mendapat beasiwa belajar di luar negeri, atau orang-orang yang mendapat penghargaan atas sebuah presrasi.

Kebiasaan dan semangat mereka akan menular kepada kita. Seperti halnya analogi orang yang berteman dengan tukang pandai besi atau penjual minyak wangi. Jika kita bergaul dengan tukang pandai besi, maka kita pun turut terciprat bau bakaran besi, dan jika bergaul dengan penjual minyak wangi, kita pun akan terciprat harumnya minyak wangi.
* Belajar apapun
Pengertian belajar di sini dipahami secara luas, baik formal maupun nonformal. Kita bisa belajar tentang berbagai keterampilan seperti merakit komputer, belajar menulis, membuat film, berlajar berwirausaha, dan lain lain-lainnya.
* Belajar dari internet
Kita bisa memanfaatkan internet untuk bergabung dengan kumpulan orang-orang yang senang belajar. Salah satu milis dapat menjadi ajang kita bertukar pendapat, pikiran, dan memotivasi diri. Sebagai contoh, jika ingin termotivasi untuk belajar bahasa Inggris, kita bisa masuk ke milis Free-English-Course@yahoogroups.com.

Bergaulah dengan orang-orang yang optimis dan selalu berpikiran positif
Di dunia ini, ada orang yang selalu terlihat optimis meski masalah merudung. Kita akan tertular semangat, gairah, dan rasa optimis jika sering bersosialisasi dengan orang-orang atau berada dalam komunitas seperti itu, dan sebaliknya.

Cari motivator
Kadangkala, seseorang butuh orang lain sebagai pemacu atau mentor dalam menjalani hidup. Misalnya: teman, pacar, ataupun pasangan hidup. Anda pun bisa melakukan hal serupa dengan mencari seseorang/komunitas yang dapat membantu mengarahakan atau memotivasi Anda belajar dan meraih prestasi.

"Resep sukses: Belajar ketika orang lain tidur, bekerja ketika orang lain bermalasan, dan bermimpi ketika orang lain berharap." --William A. Ward

Selasa, 05 Mei 2009

Menjadi Perawat, Pilihan atau "Daripada Nggak?"

Ni ada bhan bacaan yg bgs untuk kita anak-anak yg kuliah di jurusan keperawatan.

Selama lebih dari tiga tahun saya menjadi mahasiswa keperawatan di salah satu universitas negeri di Pulau Jawa, sudah tidak terhitung berapa kali dialog seperti ini terjadi:

Somebody : Hai Don, apa kabar? Kuliah sekarang? ambil jurusan apa?

Doni : hai juga, Alhamdulillah baik, iya sekarang kuliah, di keperawatan

Somebody : hah?Keperawatan?Kok bisa?? Tanggung banget, kok gak Kedokteran sekalian?

Doni : Tanggung?? Maksud Loe??

Dialog seperti ini kerap datang manakala saya bertemu dengan teman-teman lama sewaktu SMP maupun teman-teman SMA yang baru mengetahui pilihan jurusan pada tes SPMB waktu itu.

Bukan tanpa alasan mereka bertanya demikian, dan bukan maksud hati pula saya menyombongkan diri karena sebagian besar teman-teman lama saya beranggapan bahwa seorang Doni lebih “pantas” menjadi seorang dokter kelak ketimbang menjadi perawat, sebuah pemikiran yang dapat kita maklumi manakala sebuah profesi dianggap lebih rendah ataupun lebih tinggi dibandingkan dengan profesi lain.


Akan tetapi saya tidak tinggal diam ketika mendapati pemikiran-pemikiran seperti itu walaupun pada awalnya memang saya merasa tidak PD ketika harus kuliah di Keperawatan, bukan karena saya merasa tidak pantas ada di jalur ini namun lebih kearah perbedaan perbandingan gender yang sangat signifikan, bayangkan saya merupakan satu dari empat mahasiswa laki-laki dari total 100 mahasiswa keperawatan di angkatan saya. Namun dengan seiring berjalannya waktu saya dapat beradaptasi dengan keadaan ini dan selalu berusaha menjelaskan dan memberikan pengertian yang sebenarnya kepada setiap teman lama saya mengenai apa dan siapa perawat itu sebenarnya.

Kembali ke permasalahan tentang anggapan masyarakat luas terhadap sebuah profesi, khususnya perawat. Banyak orang beranggapan bahwa dokter lebih pintar dari perawat, sejujurnya saya sempat sependapat dengan anggapan tersebut karena selama saya pernah mengunjungi rumah sakit (pada pelayanan kelas 3), saya selalu mendaptkan fakta bahwa perawat bertindak selalu atas perintah dokter dan wajar bila akhirnya masyarakat berpendapat bahwa dokter lebih pintar daripada perawat karena hanya orang yang lebih pintar/berkuasa-lah yang dapat memerintah orang lain.

Namun ternyata profesi perawat tidaklah sebodoh atau selemah yang selama ini dipersepsikan oleh masyarakat luas. Kita memang tidak bisa memungkiri bahwa profesi dokter telah lebih dulu berkembang di negara ini ketimbang perawat, dapat kita lihat bagaimana sekolah tinggi kedokteran pertama sudah ada dari jaman Belanda yang kita kenal dengan STOVIA, dan barulah setelah jumlah dokter dirasa kurang memadai akhirnya pelatihan-pelatihan bagi pribumi untuk menjadi perawat dibuka oleh pemerintah Belanda pada saat itu, dan perawat masih didesain sebagai pembantu dokter. Fakta sejarah ini menggambarkan bagaimana keterlambatan perkembangan profesi perawat di Indonesia bila dibandingkan dengan dokter.

Terlambat bukan berarti tidak bisa mengejar… dengan kemajuan teknologi informasi seperti sekarang ini sebetulnya merupakan peluang yang harus dimanfaatkan oleh kaum perawat untuk mengejar ketertinggalannya dengan profesi lain yang pada hakikatnya merupakan rekan kerja yang setara dan saling melengkapi. Adapun faktor lain yang juga memberatkan dunia keperawatan untuk maju adalah persepsi masyarakat Indonesia tentang perawat itu sendiri, masih banyak masyarakat yang berpendapat bahwa “bila kamu pintar dan ingin sukses di bidang kesehatan, maka jadilah dokter. Namun bila kecerdasanmu pas-pasan tapi tetap ingin berkiprah di bidang kesehatan, maka jadilah perawat, lebih gampang kok kuliahnya” dan apabila ada orang yang dianggap sedikit lebih pintar di dunia keperawatan akan dibilang “ih tanggung banget, kenapa gak jadi dokter aja sekalian” . Pendapat-pendapat seperti inilah yang akhirnya membuat dunia keperawatan secara relatif masih kurang terisi oleh manusia-manusia Indonesia yang pintar dan unggul, karena keengganan dari orang tua yang memiliki anak cerdas untuk menyekolahkan anaknya di bidang keperawatan.

Jadi semua kembali ke individu yang sudah menjadi perawat maupun yang masih menjadi calon perawat, karena hanya kita lah yang bisa menunjukkan wajah keperawatan yang sebenarnya dan seharusnya kepada khalayak ramai sebagai salah satu profesi kesehatan yang mempunyai peran cukup besar untuk bersama-sama menyehatkan Indonesia kita tercinta ini.

Jumat, 01 Mei 2009


Create your own at MyNiceSpace.com

Kamis, 30 April 2009

wanita

Kepada para Wanita yang Cantik ......

Seorang anak laki-laki kecil bertanya kepada ibunya 'Mengapa engkau menangis?'

'Karena aku seorang wanita', kata sang ibu kepadanya.

'Aku tidak mengerti', kata anak itu.

Ibunya hanya memeluknya dan berkata, 'Dan kau tak akan pernah mengerti'

Kemudian anak laki-laki itu bertanya kepada ayahnya, 'Mengapa ibu suka menangis tanpa alasan?'

'Semua wanita menangis tanpa alasan', hanya itu yang dapat dikatakan oleh ayahnya.

Anak laki-laki kecil itu pun lalu tumbuh menjadi seorang laki-laki dewasa, tetap ingin tahu mengapa wanita menangis.

Akhirnya ia menghubungi Tuhan, dan ia bertanya, 'Tuhan, mengapa wanita begitu mudah menangis?'

Tuhan berkata:


'Ketika Aku menciptakan seorang wanita,
ia diharuskan untuk menjadi seorang yang istimewa.
Aku membuat bahunya cukup kuat untuk menopang dunia;
namun, harus cukup lembut untuk memberikan kenyamanan '
'Aku memberikannya kekuatan dari dalam
untuk mampu melahirkan anak dan
menerima penolakan yang seringkali datang dari anak-anaknya '
'Aku memberinya kekerasan
untuk membuatnya tetap tegar
ketika orang-orang lain menyerah,
dan mengasuh keluarganya
dengan penderitaan dan kelelahan tanpa mengeluh '
'Aku memberinya kepekaan
untuk mencintai anak-anaknya dalam setiap keadaan,
bahkan ketika anaknya bersikap sangat menyakiti hatinya '
'Aku memberinya kekuatan
untuk mendukung suaminya dalam kegagalannya
dan melengkapi dengan tulang rusuk suaminya
untuk melindungi hatinya '
'Aku memberinya kebijaksanaan
untuk mengetahui bahwa seorang suami yang baik
takkan pernah menyakiti isterinya,
tetapi kadang menguji kekuatannya dan ketetapan hatinya
untuk berada disisi suaminya tanpa ragu '
'Dan akhirnya,
Aku memberinya air mata untuk diteteskan.
Ini adalah khusus miliknya
untuk digunakan kapan pun ia butuhkan.'
'Kau tahu:
Kecantikan seorang wanita
bukanlah dari pakaian yang dikenakannya,
sosok yang ia tampilkan,
atau bagaimana ia menyisir rambutnya.'
'Kecantikan seorang wanita
harus dilihat dari matanya,
karena itulah pintu hatinya -
tempat dimana cinta itu ada.'

Kirimkan ini kepada
setiap wanita cantik yang Anda kenal hari ini
untuk memperingati Bulan Sejarah Wanita.
Jika Anda lakukan,
Anda akan menambah harga diri wanita!
Karena setiap
Wanita itu Cantik.
Kirimkan juga kepada para pria
agar senantiasa dapat menghormati wanita,
siapapun mereka
ibu, istri, kekasih, kakak, adik
dan bahkan wanita yg tidak ia kenal
yg kebetulan berada didekatnya..

Minggu, 26 April 2009

Nyadar gak seEEeehhhH????

Ini ada pertanyaan untuk kita semua mahasiswa yang tinggal jauh dari orang tua dan musti kos-kosan.

“Sadarkah kamu kalau ternyata setiap bulan kita pasti terima beasiswa ?”

Ya, beasiswa dimana kita tidak perlu repot-repot buat transkrip nilai, IP tinggi, fotokopi berkas ini-itu, dan tidak perlu ikut tes wawancara segala. Beasiswa ini bisa kita semua dapatkan hanya dengan “berita” atau “kabar” kalau kita rajin kuliah dan “mengirimkan proposal” yang fungsinya hanya untuk formalitas doank, karena walau tanpa “proposal” tersebut pun beasiswa ini bisa kita dapatkan dengan mudah, bahkan bisa lebih dari sekali dalam sebulan.

Yang dimaksud adalah “beasiswa” dari orang tua. Kita yang hidup sendiri di daerah orang, jauh dari orang tua, mesti bisa mandiri dan bertanggung jawab, biasanya akan dapat kiriman dari orang tua tiap bulannya untuk biaya hidup kita selama sebulan itu. Yang nyadar atau tidak, kiriman itu bisa disamakan dengan beasiswa, tapi ini datangnya dari orang tua bukan dari universitas, fakultas, institusi, atau organisasi manapun. Orang tua yang berada nun jauh di sana tinggal tahu kabar dari kita ajah kalau kita rajin kuliah, udah deh rekening pun akan selalu terisi tiap bulannya. Bahkan tidak sampai sebulan pun, “beasiswa” yang dikirim tersebut bisa langsung habis, sehingga kita pun harus buat “proposal” untuk minta “beasiswa” lagi ma orangtua.

Mmmm,,,,, rasa-rasanya ada rasa bersalah juga sih ma orangtua. Mereka yang susah payah banting tulang peras keringat cari uang untuk kita, eh kita malah bisa menghabiskannya dalam waktu kurang dari sebulan. Tidak salah juga sih, mengingat kebutuhan kita yang banyak, mesti fotokopi materi-materi dan tugas-tugas kuliahlah, beli bukulah, ke warnet buat cari tugaslah, shoppinglah (dikit, he3x). Tapi yang saya perhatikan banyak juga yang enghabiskan “beasiswa”nya hanya untuk mengikuti lifestyle yang serba kota dan mewah, tanpa menjalankan kewajibannya sebagai anak yang punya tanggungjawab terhadap orangtua. Hal yang seperti ini patut kita sayangkan dan tidak patut dicontoh, Sama aja kita berbahagia di atas penderitaan orangtua kita. BerdosaQ nah!?

Makanya, kita yang jauh dari belaian lembut orangtua ini, musti rajin belajar, rajin kuliah, rajin kerja tugas, mandiri, dan bertanggungjawab. ^^

Sabtu, 25 April 2009

Stay or Leave ????

25 April 2009, tidak terasa udah mau SPMB lagi. Kebersamaan yang telah dibangun selama hampir setahun di sebuah kelas yang bisa dibilang kurang nyaman (gimana mau nyaman,kursi aja masih kayu, AC sering rusak, kadang-kadang ribut kaya di kapal ajah) di lantai paling atas di fakultas "sejuta umat", bakalan terancam keberlangsungannya.

Kelas yang kurang nyaman terasa lebih indah karena kebersamaan di dalamnya, tapi beberapa orang yang telah membangun kebersamaan itu mengaku akan mengikuti SPMB lagi. Ada juga sih yang gak mau ngaku tapi dari gerak-geriknya aja udah ketahuan kalo dia mau SPMB lagi. Wah, gimana jadinya nanti ya? Dari pengakuan mereka, katanya gak cocok kuliah di keperawatan, jiwanya bukan di keperawatan, ini lah, itu lah... Hai teman-teman !!! Emang gak bosan jadi MABA ya?? Gak bosan ikut pengkaderan apa??

Ya, gak bisa dipaksa juga sih, karena saya juga merasakan hal yang sama dengan mereka. "Tidak cocok kuliah di keperawatan". Itulah yang selalu diteriakkan oleh hati nuraniku selama hampir setahun belakangan ini. Tapi, saya tidak sama dengan teman-teman yang lain, walaupun saya masih dalam tahap "denial", saya tidak mau SPMB lagi. Biarlah tahap "acceptance"Q datang dengan sendirinya.

Buat teman-teman yang ada niat SPMB ulang, mungkin bisa diingat-ingat kembali bagaimana perjuangan kita mulai dari ambil formulir, ngantri ngembaliin formulir, ikut tes, susahnya jawab soal, dagdigdugnya nunggu pengumuman, ngedaftar ulang, ikut PMB, BSS dan serangkaian jalur pengkaderan, khususnya waktu Venus, bagaimana padatnya jadwal kuliah kita, but SEE? Sampai sekarang kita masih bertahan kok?! Kalau bicara tentang profesi kita nantinya, jangan takut deh, Indonesia dan dunia masih butuh calon-calon perawat profesional kayak kita koK! Memang sih, untuk Indonesia khususnya, memang tugas berat untuk mengubah image perawat yang terlanjur kurang baik di mata masyarakat, tapi kalau kita selalu ingat pepatah yang bunyinya kayak gini "if there is a will, there is a way", yakin deh, tanggung jawab yang dirasa berat, gak bakalan terasa.

Ingat, pekerjaan kita juga adalah pekerjaan yang mulia nantinya. Bisa dibayangkan, bagaimana puasnya kita sebagai perawat yang telah merawat pasien mulai dari dia sakit hingga sembuh total tanpa ada komplai sedkitpun kepada kita. Yah, walau mungkin materi yang diberikan tidak sebanding dengan jasa yang kita berikan, tapi ingat kata-kata ini "kepuasan batin tidak akan ada habisnya dibandingkan dengan kepuasan materi", bikin kita jadi semangat merawat pasien. Hmmm,,, itu tadi sedikit pencerahan kalbu buat teman-teman yang punya niat SPMB ulang supaya tidak jadi ikut tes lagi, at least bisa lebih berpikir untuk tidak angkat kai dari lantai yang penuh dengan manusia yang bermother insting, komunikasi terapeutik dan profesional. AMIN

Kamis, 23 April 2009

a LitTLe 'bout ouR "NightingaLe"

Ne aD dkit inFo bwt teman2 yG mW tW tTg "nenek" keperawatan kita., met membca ya?! ^^

Dua bayi perempuan dilahirkan di tengah keluarga William (W.E.N) dan Fanny Nightingale dalam suatu perjalanan panjang keliling Eropa. Parthenope, anak pertama, lahir di Napoli, Yunani. Putri kedua diberi nama sesuai dengan nama sebuah kota di Italia, tempat dia dilahirkan pada tanggal 12-Met 1820: Florence.Florence Nightingale dibesarkan dalam sebuah keluarga kaya yang tinggal di luar kota London, dikelilingi pesta-pesta yang terus berlangsung, sebuah rumah musim panas bernama Lea Hurst, dan tamasya ke Eropa.

Dia menyadari bahwa dirinya merasa bersemangat dan sangat bersukacita -- bukan karena status sosial keluarga kaya -- saat dia merawat keluarga-keluarga miskin yang hidup di gubuk gubuk sekitar Embley, rumah keluarganya.

Pada saat Florence berusia dua puluh empat tahun, dia merasa yakin bahwa panggilannya adalah merawat orang sakit. Tetapi pada tahun 1840-an, para gadis Inggris terhormat tidak akan bersedia menjadi perawat. Pada masa itu, perawat tidak melebihi fungsi sebagai pembantu yang melakukan semua pekerjaan di rumah sakit -- rumah sakit umum (para orang kaya dirawat di rumah sendiri) -- dan dianggap sebagai peminum atau pelacur.

Tetapi Florence, yang belum menikah dan masih tinggal bersama orang tuanya, merasa hampir gila karena ketidakproduktifan dan rasa frustrasi. Dia bertanya kepada seorang dokter tamu dari Amerika, dr. Samuel Howe, "Apakah pantas bagi seorang gadis Inggris mencurahkan hidupnya untuk menjadi seorang perawat?" Dia menjawab, "Di Inggris, semua yang tidak biasa dianggap tidak layak. Tetapi bukanlah sesuatu yang tidak mungkin terjadi atau tidak wajar bagi seorang wanita terhormat bila melakukan suatu pekerjaan yang membawa kebaikan bagi orang lain."

r. Howe menceritakan kepadanya tentang Kaiserworth di Jerman, didirikan oleh Pendeta Theodor Fliedner. Tempat itu mempunyai rumah sakit yang dilengkapi ratusan tempat tidur, sekolah perawatan bayi, sebuah penjara berpenghuni dua belas orang, sebuah rumah sakit jiwa untuk para yatim, sekolah untuk melatih para guru, dan sekolah pelatihan untuk para perawat disertai ratusan diaken. Setiap kegiatan selalu diikuti dengan doa.

Bahkan sebelum dia memutuskan untuk pergi, dengan semangat tinggi Florence menanggapi bahwa Kaiserworth adalah tujuannya.

Tahun 1846, Florence melakukan perjalanan ke Roma bersama teman-temannya, Charles dan Selina Bracebridge. Pada perjalanan ini, dia bertemu dengan Sidney Herbert dan istrinya, Liz.

Pada bulan Juli 1850, di usianya yang ke-30, akhirnya Florence pergi ke Kaiserworth di Jerman selama dua minggu. Setahun kemudian, dia pulang ke rumah dan tinggal selama tiga bulan. Dia pulang dengan sikap baru. Sekarang dia tahu bahwa dirinya harus membebaskan diri dari kehidupannya yang terkekang.

Tiga tahun kernudian, dia melaksanakan pekerjaan keperawatannya yang pertama sebagai pengawas di Institute for the Care for Sick Gentle Woman in Distressed Circumstances. Dia memasukkan pemikiran-pemikiran baru ke dalam institusi itu dan menerapkan beberapa ide yang revolusioner, seperti pipa air panas ke setiap lantai, elevator untuk mengangkut makanan pasien, dan para pasien dapat langsung memanggil para perawat dengan menekan bel. Dia juga menetapkan bahwa institusi tersebut bukan institusi sekte -- menerima semua pasien dari semua denominasi dan agama.

Pada tahun 1854, ketika Inggris dan Perancis mengumumkan perang terhadap Rusia untuk menguasai Crimea dan Konstantinopel -- pintu gerbang menuju Timur Tengah -- Sidney Herbert, sebagai Menteri Perang, meminta Florence untuk mengepalai sebuah tim perawat bagi rumah sakit militer di Scutari, Turki. Florence menggunakan kesempatan ini. Dia tiba bersama sebuah tim pilihan yang terdiri dari 38 orang perawat. Hanya 14 orang perawat yang mempunyai pengalaman di lapangan.

Selama perang berlangsung, Florence menghadapi pertempuran berat untuk meyakinkan para dokter militer bahwa para perawat wanita pun diperlukan di sebuah rumah sakit militer. Perang Crimea telah membongkar sistem kemiliteran Inggris yang ternyata mengirim ribuan prajurit untuk menjemput kematiannya sendiri akibat kekurangan gizi, penyakit, dan diabaikan. Sebanyak 60.000 prajurit Inggris dikirim ke Crimea. Sejumlah 43.000 meninggal, sakit, atau terluka, dan hanya 7.000 yang terluka oleh musuh. Sisanya merupakan korban akibat lumpur, kekacauan, dan penyakit.

Pada saat perang akan berakhir, laporan dan saran Florence Nightingale membuat Inggris seperti dilanda badai. Dia menjadi pahlawan wanita negara tersebut. Pada tahun 1860, Sekolah Keperawatan Nightingale dibuka di London dan kelas pertamanya berisi lima belas orang murid wanita muda. Sepanjang hidupnya, sebelum dia meninggal saat sedang tidur pada usia sembilan puluh tahun di tahun 1910, dia bekerja tanpa lelah untuk mengadakan perubahan-perubahan di kemiliteran yang berhubungan dengan perawatan kesehatan dan medis.